Dialah
“IBU”
Menari
nari diatas senyum
Seolah
tersenyum namun meneteskan air mata
Menatap
wajah anaknya adalah harta terindah untuknya
Melihat
lekungan senyum di wajah anaknya adalah
permatanya
Berharap
senja akan menari bersamanya disebuah tikungan malam derita
Menjadikan
titik demi titik menjadi sebuah garis
Harapan
dan impiannya hanyalah melihat sebuah kata “BAHAGIA” untuk hidup anaknya
Sebuah
carcian derita hati kecil namun tersembunyi adalah sandiwaranya
Begitu
tegar dan kuatnya ia dalam menjalani pahit getirnya kehidupan
Namun
ia tak pernah lupa untuk memeluk anaknya lewat do’a disetiap sujudnya
Seperti
tersenyum dalam sebuah pahit penatnya tekanan batinnya
Namun
ia akan tetap tersenyum untuk anaknya
Dialah
“IBU” sebuah nama yang menjadi jantung anaknya
Sebuah
kata yang menjadi do’anya
Sebuah
lukisan qalbu nan bergetar memahat senyum untuk anaknya
Walau
ia harus merasakan kepahitan demi sang buah hati tercinta
Jikalau
matahari sudah tak memancarkan cahaya kehangatannya itu
Maka ada
seorang wanita yang dapat menggantikan kehangatan sang mentari
Dialah
“IBU” yang akan selalu menjadi selimut hati dan selimut jiwa untuk sang buah
hati
Jika badai
datang ia akan tetap memeluk anaknya berharap badai itu tak menembus kulit
anaknya
Betapa
mulianya hati seorang ibu, bagai intan permata yang berkilauan
Betapa
berharganya seorang anak untuknya sehingga nyawapun rela ia berikan
Tak bersyukurkah
wahai kau sang anak yang memiliki IBU
Bahagia
itu tak lepas dari pengorbanan sang Ibu
Kasih
yang begitu tulus lebih tulus dari yang tulus
Ketika
lebiran tepi terguncang getar
Maka senyum
masih tetap untuk anaknya
Bahagianya
adalah bahagia anaknya
Baginya
… tak ada yang lebih berharga selain buah hatinya
Nyawapun
rela ia korbankan
Materi
adalah untuk sang anak
Kebahagiaannya
adalah melihat senyuman manis di wajah buah hati tercintanya
~~
0 comments:
Post a Comment